Menjamin Ketahanan Pangan Indonesia

by - 01.59

Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi  penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan kondisi yang cukup baik. Akan tetapi masih banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi. Sekitar tiga puluh persen rumah tangga mengatakan bahwa konsumsi mereka masih berada dibawah kebutuhan konsumsi yang semestinya. Lebih dari seperempat anak usia dibawah 5 tahun memiliki berat badan dibawah standar, dimana 8 % berada dalam kondisi sangat buruk. Bahkan sebelum krisis, sekitar 42% anak dibawah umur 5 tahun mengalami gejala terhambatnya pertumbuhan (kerdil); suatu indikator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi. Gizi yang buruk dapat menghambat pertumbuhan anak secara normal, membahayakan kesehatan ibu dan mengurangi produktivitas angkatan kerja. Ini juga mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit pada penduduk yang berada pada kondisi kesehatan yang buruk dan dalam kemiskinan.
            Upaya untuk terus menangani permasalahan pangan dan gizi telah banyak dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Rencana aksi nasional pangan dan gizi (RANPG) juga menjelaskan betapa pentingnya bagi negara untuk terus berupaya menjaga kondisi pangan nasional untuk menjamin ketahanan pangan nasional. Tidak hanya sampai pada tatanan nasional saja, namun negara dalam hal ini pemerintah harus bisa menjamin ketahanan pangan hingga sampai pada ukuran individu/perseorangan sebagaimana diamanatkan pada UU No 18 tahun 2012 yang berkenaan  dengan pangan.
            Masalah gizi akan terus timbul jika urusan pangan dan gizi tidak menjadi prioritas pemerintah. Program yang ditawarkan pun akan tidak relevan jika tidak memperhatikan kaedah-kaedah pengaturan yang menyertai komponen-komponen ketahanan pangan. Faktanya banyaknya program yang menyentuh urusan ini ternyata masih dirasa tidak powerful dan tidak mendatangkan dampak berupa out put yang berbekas. Relevansi kebijakan pangan pun tidak sepenuhnya dirasakan untuk dapat mendukung program yang dicanangkan, sehingga ketahanan pangan negeri ini masih cukup sulit untuk diwujudkan.
            Untuk menjamin ketahanan pangan nasional perlu adanya kerjasama dan hubungan yang solid lintas sektoral, sebab ketahanan pangan berbicara mengenai urusan multisektoral bukan sektoral yang hanya dibebankan ke satu instansi seperti kementerian pertanian saja. Ketika berbicara mengenai kebijakan ketahanan pangan ada 3 komponen yang harus diperhatikan dalam rangka mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan itu sendiri.
            Pertama, ketersediaan pangan. Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap ketersediaan pangan. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut dimana impor umumnya kurang dari 7% konsumsi. Lebih jauh jaringan distribusi swasta yang berjalan secara efisien turut memperkuat ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Beberapa kebijakan kunci yang memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan meliputi: larangan impor beras, upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi pangan, pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras.
            Kedua, Keterjangkauan Pangan. Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan pangan ialah adanya jaminan bagi kaum miskin untuk menjangkau sumber makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang harus diambil untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum miskin. Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung kepada masyarakat miskin (BLSM), yang diberikan secara seksama dengan target yang sesuai.
            Ketiga, kualitas makanan dan gizi. Hal yang penting untuk diperhatikan, sebagai bagian dari kebijakan untuk menjamin ketersediaan pangan yang mencukupi bagi penduduk, ialah kualitas pangan itu sendiri. Artinya penduduk dapat mengkonsumsi zat gizi mikro (Vitamin dan mineral) yang mencukupi untuk dapat hidup sehat. Konsumsi pangan pada setiap kelompok pengeluaran rumah tangga telah meningkat pada jenis-jenis pangan yang berkualitas lebih baik. Namun, seperti catatan di atas, keadaan gizi pangan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak akhir krisis. Sejumlah kebijakan penting yang berpengaruh terhadap kualitas pangan dan gizi meliputi upaya untuk melindungi sejumlah komoditas pangan penting, memperkenalkan program pangan tambahan dalam percepatan penganekaragaman pangan, penyebarluasan dan pemasaran informasi mengenai pangan dan gizi.
            Dengan terpenuhinya ketiga komponen ini maka perwujudan ketahanan pangan nasional bukan lagi hanya menjadi sekedar harapan dalam program/target pemerintah, namun pemerintah dapat menjamin dan memastikan ketahanan pangan itu sendiri.

You May Also Like

0 komentar